Bila leteran ombak di sisir Teluk Chempedak tidak lagi memperdengarkan kemerduannya, bila lapisan ekspresi sudah mula termendap di bawah langit mulia di bawah fail duka, bila curahan sudah kekeringan di bawah kehaliman dan bila pasir putih membawa ke mari cintaku yang sering menjadi tinta, namaku mula disebut manis madunya. Aku berwarna biru, bukan ungu, jangan paksa aku. Aku tidak sepertimu. Merahmu jangan sesekali meniduri fantasi kesucian sekali gus memerahkan kemanisan nira dalam hatiku. Kau cuba gapai tapi tidak tercapai-capai, cuma bersempat terkapai-kapai. Dan mulutku tetap mengunyah saji kebenaran, teruskan kaki ayam, memijak di atas pecahan kacamu, paku karatmu untuk termeterai pelangi di atas tikar Hitam Putih. O Putera Mahkota, kakiku mula berdarah, aku mula dulu dengan merah warna itu. Aku tidak gugup pun Termeterai Pelangi Di Hitam Putih. Itu aku yang aku, aku mengaku.
nice update !
Thanks for ur comment, biasa saja... yang seterusnya akan lebih hebat
"For the times I've read,
My mind was blank that I coulden think,
what are you saying really?
though i know you meaning is,
pain and suffering is a part of it,
for I've suffer for the time being...."
you ask me comment.....haha~I can only understand a bit...that is the tittle you are saying....you are suffering......haha~XD
Hahaha...Joanne...Its not like that, cuba memahaminya secara tersirat
Sdr. saya telah meneliti sajak-sajak sdr tentang Pahang yang kebanyakan stereotype sahaja dan perlu keperibadian sendiri misalnya stye bait-bait yang semula jadi.Saya seangkatan dengan Badarudin MZ (sepupu saya) Aminmesra dan lain-lain
Dr Aminudin
nice sajak.
drs hisham