Suara Penyajak Pahang Dari Luhur Hati

Sesudah sekian lama aku tidak melakar, aku tidak mencorak dan aku tidak mengukir kerana telah memperlihatkan pudarnya warna-warni, kian kabur dari mata, dari mata seorang penyajak yang senantiasa melonggokkan kesenian dan menggulungkan estetika di sisinya. Sesudah sekian lama menoktahkan segalanya itu, puas aku mencari pewarnanya yang kekal abadi, tidak di permukaan sahaja malah kalbunya jua. Makin aku mencari-cari, makin menemui sepi-sepi; makin aku menggali-gali, makin aku menemui pintu api; makin aku tabahkan hati, makin aku diselimuti. Bilakah sudah pencarian warna ini? Kata seorang rakanku, “Teo, usah kau berhenti jihad di sini, teruskan wahai orang muda dengan semangat sejati.”

Di kala Tuhan mula berbicara, jalan benar kutujui dan tidak perlu aku bersembunyi. Namun, aku masih terus mencari warna-warni walaupun Cuma setitis demi setitis. Dari bibir ke bibir masih meniti, bodohnya orang ini. Haruskah aku peduli? Ingin aku menjadi pewarna bumi, diizinkan menjalankan rutin hari, mewarnai bumi dengan diri aku yang kerdil ini, menabur bakti menaruh budi, sejati dan abadi, SUARA PENYAJAK PAHANG DARI LUHUR HATI.
0 Responses